Palah Biswas On Unique Identity No1.mpg

Unique Identity No2

Please send the LINK to your Addresslist and send me every update, event, development,documents and FEEDBACK . just mail to palashbiswaskl@gmail.com

Website templates

Zia clarifies his timing of declaration of independence

what mujib said

Jyothi Basu Is Dead

Unflinching Left firm on nuke deal

Jyoti Basu's Address on the Lok Sabha Elections 2009

Basu expresses shock over poll debacle

Jyoti Basu: The Pragmatist

Dr.BR Ambedkar

Memories of Another day

Memories of Another day
While my Parents Pulin Babu and basanti Devi were living

"The Day India Burned"--A Documentary On Partition Part-1/9

Partition

Partition of India - refugees displaced by the partition

Thursday, October 27, 2011

Indonesia 'Should Be Ashamed of Failure to Reduce Poverty' +Angka Penduduk Miskin Naik 2,7 Juta Orang

Refl: Beberapa bulan lalu salah seorang menteri rezim SBY mempropagandakan, bahwa angka kemiskinan akan menjadi 0 [nol] pada tahun 2014. Sekarang akhir tahun 2011 dan sebentar lagi sudah tahun 2014. Baru dibentuk kabinet "reshuffle" lama baru dengan banyak wakil menterinya, apakah ada kemungkinan bagi mereka ini untuk membuat 2,7 juta orang keluar dari kemiskinan, apabila tidak bisa dicapai angka kemiskinan menjadi nol? Bagi para pendukung rezim yang pandai ilmu, termasuk ilmu gaib, mohon pencerahan apakah ucapan sang menteri akan menjadi kenyataan nol besar?
http://www.thejakartaglobe.com/home/indonesia-should-be-ashamed-of-failure-to-reduce-poverty/474346
Indonesia 'Should Be Ashamed of Failure to Reduce Poverty'
Aguis Triyono | October 27, 2011

The combined wealth of Indonesia's 40 richest people is equivalent to that of about 60 million of its poorest citizens, a nongovernmental organization said on Wednesday.

"In 2010, we noted that the wealth of these 40 people had reached Rp 680 trillion [$76.8 billion]," said Setyo Budiantoro, the executive director of the Center for Welfare Studies (Prakarsa). 

"This is about 10.3 percent of Indonesia's entire gross domestic product."

That Rp 680 trillion, Setyo said, also represented the wealth of about 15 million of the country's poorest families, or about 60 million people.

"The economy is now dominated by a group of super-rich people who number very few," he said.

The percentage of Indonesia's GDP made up by the net worth of Indonesia's super-rich is far larger than that of countries like the United States, Germany, China and Japan, Setyo added.

Even though the combined value of the country's 100 million bank accounts stood at Rp 2,400 trillion, he said, about 40,000 bank account holders accounted for close to Rp 1,000 trillion of the total amount.

"These various facts show how high the wealth disparity and the poverty level is in Indonesia," Setyo said.

Citing research conducted by the Asian Development Bank, Setyo said that within just three years the number of poor Indonesians had risen by about 6.7 percent to 43.1 million in 2011. 

The country's performance in eradicating poverty was even worse than Southeast Asian neighbors Cambodia and Laos, which during the same period each managed to lower the number of their poor.

"Based on the ADB data, in the past three years Cambodia has been able to reduce poverty from 4.1 million people in 2009 to 4.09 million in 2011 while Laos cut poverty from 2.18 million in 2009 to 2.04 million in 2011," he said.

"In Southeast Asia, Indonesia is the only country in which poverty is on the rise. Compare that to Laos and Cambodia, which have few natural resources and bad government. This shows that the government has failed in its battle against poverty."

Setyo also accused the government of manipulating its poverty line for political purposes. 

The Central Statistics Agency (BPS), he said, put the number of Indonesia's poor at just 30.2 million, which is much lower than the ADB's 43.12 million.

While the ADB marks the country's poverty line at an earning level of $1.25 per day, the government has set it at $1.13.

Setyo said that if Indonesia did as many other countries and set its poverty line at $2 per day, the statistic for the number of poor here would further increase to reach at least 117 million, or about half the population.
++++
http://www.gatra.com/terpopuler/46-ekonomi/3966-angka-penduduk-miskin-naik-27-juta-orang
Angka Penduduk Miskin Naik 2,7 Juta Orang 
Rabu, 26 Oktober 2011 18:33 
Jakarta - Selama tiga tahun terakhir ini, jumlah penduduk miskin Indonesia meningkat hingga 2,7 juta orang. Pada tahun 2008 angkanya masih berada di angka 40,4 juta orang. Tahun 2010 meningkat menjadi 43,1 juta jiwa.
Direktur Eksekutif Perkumpulan Prakarsa Setyo Budiantoro mengatakan, jumlah penduduk miskin di negara kita ini merupakan tertinggi di kawasan negara-negara Asia Tenggara. Pasalnya bila dibandingkan dengan Laos dan Kamboja saja, Indonesia jauh tertinggal dalam kebijakan pengentasan kemiskinanannya.

"Jangankan dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia, Indonesia bahkan tertinggal dari Kamboja dan Laos dalam menanggulangi angka kemiskinan," terang Budiantoro dalam perss conference bertema Update Kemiskinan dan Kesenjangan Terkini, di Warung Daun Cikini Jakarta, Rabu (26/10/2011).

Mengutip data yang dikeluarkan Asian Development Bank (ADB) per 2011, negara dengan jumlah penduduk miskinnya terkecil adalah Thailand, yaitu 0,11 juta per 2010. Kemudian ada negara Laos dan Kamboja, masing-masing 2,04 juta jiwa dan 4,09 juta jiwa. Malaysia yang sebelumnya negara yang banyak belajar dengan kita, ternyata sukses dalam menanggulangi angka kemiskinannya. Di negara ini tidak ada yang miskin.

Kategori miskin yang dibuat ADB ini berdasarkan asumsi pendapatan di bawah US$ 1,25 Puschasing Power Parity (PPP) atau setara dengan Rp 7.800 per hari. Angka ini lebih besar tak kurang dari 12 sen dollar AS (tak sampai Rp 750) dibandingkan dengan yang ditetapkan BPS US$ 1,13 PPP atau setara Rp 7.060 per hari.

Tingginya angka kemiskinan rupanya diikuti oleh lebarnya jurang kesenjangan antara kaya miskin. Sumber-sumber ekonomi semakin terkonsentrasi pada segelintir orang. Ada 40 orang terkaya di Indonesia yang kekayaannya mencapai Rp 680 triliun atau setara dengan 10,3 persen Product Domestic Bruto (PDB) nasional.

Dengan mengutip sumber New York Times per 2011 bahwa presentase akumulasi kekayaan 40 orang terkaya di Indonesia tersebut terhadap PDB di Indonesia terbesar dibandingkan negara-negara maju, yaitu 10,3 persen. Amerika saja yang jumlah orang kayanya mencapai 400 orang ternyata hanya 9,4 persen. Demikian dengan China yang orang kayanya mencapai 115 orang, ternyata hanya 3,9 persen.

"Yang terjadi bukanlah semua tumbuh, namun kaya yang lebih cepat seperti yang diklaim seperti saat ini. Sekarang yang ada di masyarakat kita yang kaya meningkat cepat, tetapi yang miskin makin melarat."

Akibat dari ketimpangan itu, Perkumpulan Prakarsa menengarai telah terjadi sejumlah dampak krusial di masyarakat. Yakni kepemilikan lahan yang makin terkonsentrasi pada kalangan berduit. 40 persen penduduk kita yang bergerak di sektor pertanian
dan banyak yang hidup miskin, dikarenakan mereka hanya bekerja sebagai buruh tani tak berlahan (landless).

Tidak hanya itu, ekses yang cukup mengkhawatirkan adalah lonjakan besar-besaran urbanisasi. Tingkat urbanisasi kita sangat mengkhawatirkan bahkan melampaui negara berkembang seperti China dan India.

Sektor formal yang menjadi tumpuan peningkatan ekonomi masyarakat bawah, justru kurang diperhatikan oleh pemerintah. Lembaga-lembaga perbankan pun kurang percaya memberikan modal kepada pelaku usaha kecil. Mereka lebih memilih menyimpan uangnya dalam bentuk Sertifikan Bank Indonesia (SBI), dibanding menyalurkan kredit usaha kecil menengah.

Sementara itu, peneliti Prakarsa Fajar mengkhawatirkan kemungkinan akan terjadi bencana sosial bila berbagai permasalahan sosial dan dampaknya tidak segera diatasi oleh pemerintah. "Krisis keuangan yang terjadi di Amerika telah menggerakan gerakan pembangkangan sosial. Tidak menutup kemungkinan Indonesia juga akan mengalaminya," ungkap Fajar. [am]

No comments:

Post a Comment